Nats: Amsal 6:6-8
Mengapa harus semut? Menurut penulis Amsal semut memiliki semangat kerja, berinisiatif dan rajin (ay.7). Manusia yang tidak memiliki ketiganya kalah dengan semut. Oleh sebab itu, manusia yang tidak memiliki apa yang dimiliki semut harus mengadakan pengamatan supaya menjadi bijak (ay. 6).
Orang yang bijak adalah orang yang selalu melihat peluang dan kesempatan. Tidak meratapi nasib. Saat ada kesempatan ditindaklanjuti dengan bekerja. Bekerja dengan penuh kerajinan. Tidak perlu didorong, diawasi dan disemangati. Semua itu secara otomatis muncul dari dalam dirinya.
Menurut penulis kitab Amsal, semut adalah binatang yang mampu membaca perubahan dan dapat melakukan antisifasi atasnya (ay. 8). Manusia juga seharusnya demikian. Segala sesuatu tidaklah menetap alias mulus-mulus saja. Ada banyak perubahan yang akan terjadi. Selagi produktif, selagi masih dapat bekerja maka bekerjalah.
Hasil yang didapatkan lewat pekerjaan digunakan sebaik-baiknya. Tidak berpesta pora. Boros dan membelanjakan uang dengan barang-barang yang nilainya menurun. Membeli barang yang tidak dapat diuangkan. Bahkan lupa diri dengan menghabiskan uang yang ada. Pada saat harus mengeluarkan uang pada waktunya karena ketiadaan uang maka semua menjadi berantakan.
Kita lebih dari semut. Jangan sampai hidup menderita karena gara-gara kesalahan karena kita kehilangan semangat kerja, kehilangan inisiatif dan tidak rajin. Bahkan menjadi orang yang tidak mampu membaca perubahan dan tidak dapat melakukan antisifasi atas segala hal. Amin.