Nats: 1 Samuel 2:12-17
Tidak sedikit pada masa kini orang bekerja dengan tindakan yang jahat. Mereka menekuni pekerjaannya namun niat dan tindakannya berubah menjadi sebuah kejahatan. Jika seorang pejabat, maka sumpah jabatan hanya bersifat seremonial belaka. Ujung-ujungnya pekerjaan dijadikan alat untuk kepentingan pribadi dengan memuaskan diri serta memperkaya diri. Tanpa terkecuali bagi mereka yang bergelut dalam dunia pelayanan di gereja.
Hofni dan Pinehas adalah orang yang bekerja di bidang rohani untuk melayani orang-orang Israel yang hendak beribadah kepada Tuhan. Mereka berdua berubah menjadi orang-orang yang dursila (ay.12). mereka berdua hanya fokus kepada persembahan yang dipersembahkan kepada Tuhan. Tidak lagi melihat kepada tugas yang harus dikerjakan dengan baik dan benar. Pekerjaan dijadikan alat mencari keuntungan tanpa mengindahkan nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi. Mereka menggunakan kaki tangannya untuk memaksa orang memberikan apa yang mereka mau. Pemaksaan dilakukan jika cara-cara yang biasa tidak dituruti (ay.13-17).
Pola atau tindakan Hofni dan Pinehas dalam mencari keuntungan dalam jabatannya sering juga dipraktekkan pada masa kini. Tidak akan lancar sebuah pekerjaan jika tidak ada uang “pelicinnya”. Apalagi di lembaga-lembaga pemerintahan berkaitan dengan proyek-proyek yang nilai rupiahnya triliunan atau miliran.
Dalam pengajuan tender sudah ada amplop atau cek di map yang disodorkan oleh pencari tender. Belum lagi memaling anggaran yang ada maka jika dilihat kekayaan para pejabat sangat fantastis tidak seimbang dengan gaji yang diterima sesuai golongannya.
Siapa pun kita apakah kita sebagai pekerja yang bekerja di gereja. Pekerja yang bekerja di lembaga pemerintahan. Pekerja yang bekerja di swasta. Lakukanlah pekerjaan sebaik mungkin tanpa berhitung berapa nilai rupiah yang didapatkan. Jika ujung-ujungnya adalah mendewakan uang dibalik pekerjaan yang sedang kita kerjakan maka akan jatuh kepada tindakan kejahatan.
Mereka yang jatuh dalam kejahatan dibalik pekerjaannya akan susah sendiri pada masa mendatang. Tidak akan menikmati apa yang telah diperolehnya melalui jabatan atau pekerjaan yang ada. Bahkan anak-anaknya akan menanggung akibatnya.