Nats:(Mrk.14:3-9)
Kata “omon-omon” menjadi viral karena diucapkan oleh seorang kepala negara baik dalam berpidato maupun saat diwawancarai. Kata tersebut merupakan ungkapan tidak resmi. Bisa jadi ekpresi spontan dalam menyikapi keadaan. Ternyata omon-omon mengandung arti omong kosong, ngawur, bicara sembarangan atau hal yang tidak perlu dipercaya.
Dalam konteks berita mimbar yang terbit Minggu ini kurang lebvih sama. Dimana beberapa murid bisanya hanya “omon-omon”. Mengapa? Mereka tidak tahu melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk Yesus Kristus dengan waktu yang sangat terbatas menjelang hari penangkapan, pengadilan dan penyaliban-Nya. Beberapa murid itu bisanya hanya omon-omon. Bisa mengkritik namun tidak dapat berbuat apa-apa.
Perempuan yang datang ke Betania dan menumpahkan minyak narwastu murni melakukannya karena ia mampu melakukannya (ay.3-4). Orang yang demikian biasanya tidak banyak berteori melainkan langsung mengeksekusi. Ia tidak berhitung untung rugi. Tidak mengharapkan pujian. Ia fokus kepada Tuhan bukan kepada manusia. Perempuan ini juga memahami bahwa ia melihat ada kesempatan baginya untuk melakukannya bagi Yesus (ay. 6-8).
Ternyata orang yang omon-omon ditegur oleh Tuhan. Mereka salah dalam menilai. Salah dalam berkomentar. Salah juga dalam menganalisa waktu. Tidak ada lagi kesempatan jika sudah waktunya. Mereka tidak melakukan apa-apa selain mengkritik yang dikemas dengan penuh kebaikan. Motif dibalik kritik terbaca oleh Tuhan Yesus. Kisah ini merupakan pembelajaran penting bagi jemaat. Tidak perlu banyak bicara. Lakukan selagi ada kesempatan untuk mempermuliakan Tuhan. Jangan pernah ditunda apalagi diabaikan.