Nats:(Mat.26:47-67)
Hidup ini tidak selalu berjalan lurus dan datar. Selalu ada tikungan kekiri atau kekanan. Bahkan tanjakkan atau turunan yang tajam penuh dengan bebatuan. Kadang menakutkan dan diluar perkiraan. Untuk itu tidak sedikit orang yang tidak siap. Ada yang mundur, menghindar dengan mencari jalan pintas dan lain sebagainya. Tidak demikian dengan pejuang sejati. Ditempuhnya seberat apapun termasuk masuk dalam lembah kekelaman.
Yesus Kristus telah mengalaminya. Ia diperlakukan dalam ketidakwajaran lebih dari dua ribu tahun yang lampau. Pertama-tama Yesus Kristus didatangi oleh sejumlah besar orang dengan membawa pedang dan pentungan. Ia dikhianati oleh orang kepercayaannya Yudas Iskariot. Ia disamakan sebagai orang kriminal. Difitnah dengan saksi dusta. Dicari-cari kesalahan-Nya. Diludahi,ditinju, diolok-olok. Dibawa kepada pengadilan yang jauh dari keadilan baik kepada Kayafas, Filatus maupun Herodes. Di tinggal dan disangkal. Di sesah, dimahkotai duri. Dipaksa memikul Salib. Dijadikan bahan tontonan. Kemudian disalibkan dan mati.
Reaksi Yesus Kristus begitu mulia. Ia diam tidak melakukan perlawanan. Ia menasehati pengikutnya untuk tidak menggunakan kekerasan. Ia menerima semua untuk menggenapi apa yang telah ditulis dalam kitab Suci. Seolah-olah Yesus tidak berdaya dan kalah. Namun itulah inti dari misi-Nya.
Pengikut Yesus semestinya mencontoh reaksi dari Yesus Kristus saat diperhadapkan dengan jalan yang tidak lurus dan terjal tadi. Contoh saat di khianati Yesus tidak marah. Malahan ia mengingatkan Yudas Iskariot bahwa tindakkan Yudas tidaklah benar. Saat berhadapan dengan mereka yang keras dan menyukai intimidasi, Yesus mengingatkan untuk tidak mengikuti irama lawan. Saat diludahi, ditinju, diolok-olok bahkan disesah dan di salibkan Yesus diam.
Bereaksi yang berlebihan apalagi di luar kewajaran saat diperlakukan dalam ketidak wajaran, dipastikan akan menambah masalah. Membuat segala sesuatunya menjadi buyar. Lebih lagi karakter Yesus Kristus tidak nampak dalam kita.